Minggu, 07 November 2010

SEJARAH GUNUNG MERAPI

SEJARAH GEOLOGI
Hasil penelitian stratigrafi
menunjukkan sejarah
terbentuknya Merapi
sangat kompleks.
Wirakusumah (1989)
membagi Geologi Merapi
menjadi 2 kelompok besar
yaitu Merapi Muda dan
Merapi Tua. Penelitian
selanjutnya (Berthomier,
1990; Newhall & Bronto,
1995; Newhall et.al, 2000)
menemukan unit-unit
stratigrafi di Merapi yang
semakin detil. Menurut
Berthommier,1990
berdasarkan studi
stratigrafi, sejarah Merapi
dapat dibagi atas 4
bagian :
PRA MERAPI (+
400.000 tahun lalu)
Disebut sebagai Gunung
Bibi dengan magma
andesit-basaltik berumur
± 700.000 tahun terletak
di lereng timur Merapi
termasuk Kabupaten
Boyolali. Batuan gunung
Bibi bersifat andesit-
basaltik namun tidak
mengandung
orthopyroxen. Puncak Bibi
mempunyai ketinggian
sekitar 2050 m di atas
muka laut dengan jarak
datar antara puncak Bibi
dan puncak Merapi
sekarang sekitar 2.5 km.
Karena umurnya yang
sangat tua Gunung Bibi
mengalami alterasi yang
kuat sehingga contoh
batuan segar sulit
ditemukan.
MERAPI TUA (60.000 -
8000 tahun lalu)
Pada masa ini mulai lahir
yang dikenal sebagai
Gunung Merapi yang
merupakan fase awal dari
pembentukannya dengan
kerucut belum sempurna.
Ekstrusi awalnya berupa
lava basaltik yang
membentuk Gunung
Turgo dan Plawangan
berumur sekitar 40.000
tahun. Produk aktivitasnya
terdiri dari batuan dengan
komposisi andesit basaltic
dari awanpanas, breksiasi
lava dan lahar.
MERAPI PERTENGAHAN
(8000 - 2000 tahun
lalu)
Terjadi beberapa lelehan
lava andesitik yang
menyusun bukit
Batulawang dan
Gajahmungkur, yang saat
ini nampak di lereng utara
Merapi. Batuannya terdiri
dari aliran lava, breksiasi
lava dan awan panas.
Aktivitas Merapi dicirikan
dengan letusan efusif
(lelehan) dan eksplosif.
Diperkirakan juga terjadi
letusan eksplosif dengan
"de¬bris-avalanche" ke
arah barat yang
meninggalkan morfologi
tapal-kuda dengan
panjang 7 km, lebar 1-2
km dengan beberapa
bukit di lereng barat. Pada
periode ini terbentuk
Kawah Pasarbubar.
MERAPI BARU (2000
tahun lalu - sekarang)
Dalam kawah Pasarbubar
terbentuk kerucut puncak
Merapi yang saat ini
disebut sebagai Gunung
Anyar yang saat ini
menjadi pusat aktivitas
Merapi. Batuan dasar dari
Merapi diperkirakan
berumur Merapi Tua.
Sedangkan Merapi yang
sekarang ini berumur
sekitar 2000 tahun.
Letusan besar dari Merapi
terjadi di masa lalu yang
dalam sebaran
materialnya telah
menutupi Candi Sambisari
yang terletak ± 23 km
selatan dari Merapi. Studi
stratigrafi yang dilakukan
oleh Andreastuti (1999)
telah menunjukkan bahwa
beberapa letusan besar,
dengan indek letusan (VEI)
sekitar 4, tipe Plinian, telah
terjadi di masa lalu.
Letusan besar terakhir
dengan sebaran yang
cukup luas menghasilkan
Selokopo tephra yang
terjadi sekitar sekitar 500
tahun yang lalu. Erupsi
eksplosif yang lebih kecil
teramati diperkirakan 250
tahun lalu yang
menghasilkan Pasarbubar
tephra. Skema
penampang sejarah
geologi Merapi menurut
Berthommier, 1990
(gambar kanan).
Peta menunjukkan
sebaran endapan
awanpanas Merapi
1911-2006. Hanya wilayah
timur lereng yang bebas
dari arah aliran awapanas
dalam kurun waktu
tersebut.
SEJARAH ERUPSI
Tipe erupsi Gunung
Merapi dapat dikategorikan
sebagai tipe Vulkanian
lemah. Tipe lain seperti
Plinian (contoh erupsi
Vesuvius tahun 79)
merupakan tipe vulkanian
dengan daya letusan yang
sangat kuat. Erupsi Merapi
tidak begitu eksplosif
namun demikian aliran
piroklastik hampir selalu
terjadi pada setiap
erupsinya. Secara visual
aktivitas erupsi Merapi
terlihat melalui proses
yang panjang sejak
dimulai dengan
pembentukan kubah lava,
guguran lava pijar dan
awanpanas (pyroclastic
flow).
Merapi termasuk
gunungapi yang sering
meletus. Sampai Juni
2006, erupsi yang tercatat
sudah mencapai 83 kali
kejadian. Secara rata-rata
selang waktu erupsi
Merapi terjadi antara 2 – 5
tahun (periode pendek),
sedangkan selang waktu
periode menengah setiap
5 – 7 tahun. Merapi
pernah mengalami masa
istirahat terpanjang
selama >30 tahun,
terutama pada masa awal
keberadaannya sebagai
gunungapi. Memasuki
abad 16 kegiatan Merapi
mulai tercatat cukup baik.
Pada masa ini terlihat
bahwa waktu istirahat
terpanjang pernah dicapai
selama 71 tahun ketika
jeda antara tahun 1587
sampai dengan tahun
1658.
Sejarah letusan gunung
Merapi mulai dicatat
(tertulis) sejak tahun 1768.
Namun demikian sejarah
kronologi letusan yang
lebih rinci baru ada pada
akhir abad 19. Ada
kecenderungan bahwa
pada abad 20 letusan lebih
sering dibanding pada
abad 19. Hal ini dapat
terjadi karenapencatatan
suatu peristiwa pada abad
20 relatif lebih rinci.
Pemantauan gunungapi
juga baru mulai aktif
dilakukan sejak awal abad
20. Selama abad 19 terjadi
sekitar 20 letusan, yang
berarti interval letusan
Merapi secara rata-rata
lima tahun sekali. Letusan
tahun 1872 yang dianggap
sebagai letusan terakhir
dan terbesar pada abad 19
dan 20 telah menghasilkan
Kawah Mesjidanlama
dengan diameter antara
480-600m. Letusan
berlangsung selama lima
hari dan digolongkan
dalam kelas D. Suara
letusan terdengar sampai
Kerawang, Madura dan
Bawean. Awanpanas
mengalir melalui hampir
semua hulu sungai yang
ada di puncak Merapi yaitu
Apu, Trising, Senowo,
Blongkeng, Batang, Woro,
dan Gendol. Awanpanas
dan material produk
letusan menghancurkan
seluruh desa-desa yang
berada di atas elevasi
1000m. Pada saat itu bibir
kawah yang terjadi
mempunyai elevasi
2814m (;bandingkan
dengan saat ini puncak
Merapi terletak pada
elevasi 2968m). Dari
peristiwa-peristiwa letusan
yang telah lampau,
perubahan morfologi di
tubuh Gunung dibentuk
oleh lidah lava dan letusan
yang relatif lebih besar.
Gunung Merapi
merupakan gunungapi
muda. Beberapa tulisan
sebelumnya
menyebutkan bahwa
sebelum ada Merapi, telah
lebih dahuiu ada yaitu
Gunung Bibi (2025m),
lereng timurlaut gunung
Merapi. Namun demikian
tidak diketahui apakah saat
itu aktivitas vulkanik
berlangsung di gunung
Bibi. Dari pengujian yang
dilakukan, G. Bibi
mempunyai umur sekitar
400.000 tahun artinya
umur Merapi lebih muda
dari 400.000 tahun.
Setelah terbentuknya
gunung Merapi, G. Bibi
tertimbun sebagian
sehingga saat ini hanya
kelihatan sebagian
puncaknya. Periode
berikutnya yaitu
pembentukan bukit Turgo
dan Plawangan sebagai
awal lahirnya gunung
Merapi. Pengujian
menunjukkan bahwa
kedua bukit tersebut
berumur sekitar maksimal
60.000 tahun
(Berthomrnier, 1990).
Kedua bukit mendominasi
morfologi lereng selatan
gunung Merapi.
Pada elevasi yang lebih
tinggi lagi terdapat satuan-
satuan lava yaitu bukit
Gajahmungkur,
Pusunglondon dan
Batulawang yang terdapat
di lereng bagian atas dari
tubuh Merapi. Susunan
bukit-bukit tersebut
terbentuk paling lama
pada, 6700 tahun yang
lalu (Berthommier,1990).
Data ini menunjukkan
bahwa struktur tubuh
gunung Merapi bagian
atas baru terbentuk dalam
orde ribuan tahun yang
lalu. Kawah Pasarbubar
adalah kawah aktif yang
menjadi pusat aktivitas
Merapi sebelum
terbentuknya puncak.
Diperkirakan bahwa
bagian puncak Merapi
yang ada di atas
Pasarbubar baru
terbentuk mulai sekitar
2000 tahun lalu. Dengan
demikian jelas bahwa
tubuh gunung Merapi
semakin lama semakin
tinggi dan proses
bertambahnya tinggi
dengan cepat nampak
baru beberapa ribu tahun
lalu. Tubuh puncak
gunung Merapi sebagai
lokasi kawah aktif saat ini
merupakan bagian yang
paling muda dari gunung
Merapi. Bukaan kawah
yang terjadi pernah
mengambil arah berbeda-
beda dengan arah letusan
yang bervariasi. Namun
demikian sebagian letusan
mengarah ke selatan,
barat sampai utara. Pada
puncak aktif ini kubah lava
terbentuk dan kadangkala
terhancurkan oleh letusan.
Kawah aktif Merapi
berubah-ubah dari waktu
ke waktu sesuai dengan
letusan yang terjadi.
Pertumbuhan kubah lava
selalu mengisi zona-zona
lemah yang dapat berupa
celah antara lava lama dan
lava sebelumnya dalam
kawah aktif Tumbuhnya
kubah ini ciapat diawali
dengan letusan ataupun
juga sesudah letusan. Bila
kasus ini yang terjadi,
maka pembongkaran
kubah lava lama dapat
terjadi dengan
membentuk kawah baru
dan kubah lava baru
tumbuh dalam kawah
hasil letusan. Selain itu
pengisian atau
tumbuhnya kubah dapat
terjadi pada tubuh kubah
lava sebelumnya atau
pada perbatasan antara
dinding kawah lama
dengan lava sebelumnya.
Sehingga tidak
mengherankan
kawahkawah letusan di
puncak Merapi bervariasi
ukuran maupun
lokasinya. Sebaran hasil
letusan juga berpengaruh
pada perubahan bentuk
morfologi, terutama pada
bibir kawah dan lereng
bagian atas. Pusat
longsoran yang terjadi di
puncak Merapi, pada
tubuh kubah lava
biasanya pada bagian
bawah yang merupakan
akibat dari
terdistribusikannya
tekanan di bagian bawah
karena bagian atas masih
cukup kuat karena beban
material.
Lain halnya dengan bagian
bawah yang akibat dari
desakan menimbulkan
zona-zona lemah yang
kemudian merupakan
pusat-pusat guguran.
Apabila pengisian celah
baik oleh tumbuhnya
kubah masih terbatas
jumlahnya, maka arah
guguran lava masih dapat
terkendali dalam celah
yang ada di sekitarnya.
Namun apabila celah-celah
sudah mulai penuh maka
akan terjadi
penyimpangan-
penyimpangan
tumbuhnya kubah.
Sehingga pertumbuhan
kubah lava yang sifat
menyamping (misal,
periode 1994 - 1998) akan
mengakibatkan perubahan
arah letusan. Perubahan
ini juga dapat terjadi pada
jangka waktu relatif
pendek dan dari kubah
lava yang sama.
Pertumbuhan kubah lava
ini berkembang dari
simetris menjadi asimetris
yang berbentuk lidah lava.
Apabila pertumbuhan
menerus dan
kecepatannya tidak sama,
maka lidah lava tersebut
akan mulai membentuk
morfologi bergelombang
yang akhirnya menjadi
sejajar satu sama lain
namun masih dalam satu
tubuh. Alur
pertumbuhannya pada
suatu saat akan mencapai
titik kritis dan
menyimpang
menimbulkan guguran
atau longsoran kubah.
Kronologi semacam ini
teramati pada th 1943
(April sampai Mei 1943).
Penumpukan material
baru di daerah puncak
akibat dari pertumbuhan
kubah terutama terlihat
dari perubahan ketinggian
maksimum dari puncak
Merapi. Beberapa letusan
yang dalam sejarah telah
mengubah morfologi
puncak antara lain letusan
periode 18221823 yang
menghasilkan kawah
berdiameter 600m,
periode 1846 - 1848
(200m), periode 1849 (250
- 400m), periode 1865 -
1871 (250m), 1872 - 1873
(480 - 600 m), 1930, 1961.
sumber: http://
www.merapi.bgl.esdm.go.id/
informasi_merapi.php?
page=informas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar